Isnin, 18 Oktober 2010

Selamat Tidur Kekasih




Sebelum mata ini terlelap
Hati ini ingin menulis
Selepas mata ini terlena
Biarlah puisi ini menangisi

Sebelum mata ini terlelap
Biarlah telinga ini mendengar lagu sedih
Selepas mata ini terlena
Jiwa ini kembali bersih

Sebelum mata ini terlelap
Tangan ini akan terus menaip
Selepas mata ini terlena
Biarlah segala kacau terlepas dari hati

Sebelum mata ini terlelap
Biarlah diri ini bersedih
Selepas mata ini terlena
Akan ku ucapkan selamat tidur kekasih hati


apiz-rage-
(e212/kk3/um)
19.10.09

Sumpahku




Di sebalik warna merah dan putih
Yang menyarungi tubuh badanku
Mengalir darah merah yang deras
Di sebalik kecil urat-uratku

Walau apa pun manusia lain berkata
Itu adalah aku
Takkan berubah sezarah dalam darahku
ARSENAL tetap pendirianku

Biar putih mata aku menangisi
Tiap inci dunia
Walau aku tau perjalanan masih jauh
Tapi aku pasti semuanya pasti berubah

Sejak kecil lingkaranku
Berpandu menggunakan meriam buluh
Aku tau siapa aku
Aku adalah aku
ARSENAL hidup matiku

Ini sumpahku!
Walau apa yang berlaku
Tiap perubahan melepasi waktu
Aku akan seperti dulu
ARSENAL tiap detik hidupku!!!

apzi-rage-
21/08/09
(e212/kk3/um)

Nostalgia Perempuan ‘74’




Perempuan
74 bidaan dalam sekelip mata
Menghunus apa saja kemungkinan yang ada
Tanpa mengira usul periksa
Diredah perihalnya asal sampai matlamatnya

Kepedulian manusia seperti mana 74
Satu – satu kemudian menjadi dua
Apatah lagi kepada tiga seterusnya
Kiraan bilanganya menjadi nyata Perempuan 74
Nostalgia Mereka

Katanya “Aku perempuan biasa!”
Walhal dia perempuan 74!
Apa kiraanya? satu – persatu sampai bila
Kabur mata, hilang pandangan
Terkira-kira sewaktu malam bagai kupu-kupu terbang di malam
Tersangkanya hilang tapi ada!

Peduli resah bimbang terbang
Peduli resah bimbang terbang
Peduli resah bimbang terbang
Atas langit udara segar
Dulu-dulu zaman mereka
Bilangnya perempuan semuanya bergegar!
Nostalgia Perempuan ‘74’ berstokin pendek sebelah…




apiz-rage-
18/10/10
(A111/kk12/um)

Jumaat, 1 Oktober 2010

Jika Kau





Berkali-kali menyebut namanya

Berkali-kali menegur saja

Berkali-kali semua sudah

Tapi berkali-kali sama saja


Lakaran puitis berlagu-lagu

Menunggu-nunggu sampai bila

Kalau-kalau kontang juga

Macam tiada guna


Jika-jika kau orangnya

Kenapa-kenapa begitu saja

Mungkin-mungkin tidak-tidak

Macam hampa saja


Sekali lagi macam sama

Puas hati diam gulana

Bolehlah saja-saja

Pening-pening tidak tau tulis apa


Kalaulah sekali kau kekasih

Boleh diam-diamkah?

Harus, wajib, perlu?

Aku pun tidak tahu…

Binggung…



apiz-rage-

13/02/09

(e212/kk3/um)